Bimasakti adalah suatu di antara pemandangan-pemandangan yang paling menarik di langit malam. Sinarnya terlalu redup untuk dilihat pada saat bulan purnama atau di antara lampu-lampu di kota-kota besar, tetapi pada malam-malam tanpa bulan di luar kota kita dapat dengan mudah melihat bagan dari jalu-jalur cahaya yang menyerupai awan di langit. Jika kita menatapnya melalui sebuah teleskop yang kuat, kita sadar bahwa Bimasakti adalah gabungan cahaya sejumlah besar bintang, yang tidak dapat dilihat satu persatu tanpa sebuah teleskop.
Sekarang kita tahu bahwa Bimasakti membentuk bagian dari sebuah sistem bintang yang luas sekali, tempat matahari termasuk di dalamnya. Namun, di jaman dahulu Bimasakti adalah suatu teka-teki ruang angkasa. Bimasakti diterangkan bermacam-macam dalam Mitologi Yunani dan Romawi. Beberapa penulis menyebutkan sebagai jalan untuk dewa-dewa yang membawa mereka ke Gunung Olympus. Penulis lain percaya bahwa Bimasakti terjadi oleh butir-butir jagung yang dijatuhkan Dewi Isis pada waktu melarikan diri dari pengejarnya. Ada lagi penulis yang percaya Bahwa Bimasakti menujukkan perjalanan Dewa Mataharu menjelajahi langit dalam kereta kudanya.
Pada abad pertengahan para peziarah menghubungkan Bimasakti dengan perjalanannya menuju berbagai tempat perlindungan. Di Jerman, misalnya, Bimasakti dikenal sebagai Jacobstrasse, atau jalan Yakob, yang menuju tempat suci Santo Yakob di tempat yang sekarang disebut Santiago de Compostela di Spanyol. Di Inggris disebut jalan Walsingham, yang di hubungkan dengan perjalanan ke agamaan ke tampat suci terkenal Walsing Abbey. Pezairan pasa zaman itu tidak percaya sepenuhnya bahwa Bimasakti ada hubungannya dengan perjalanan mereka. Mereka melihatnya terletak di atas sebuah jalur berkabut di langit dan kepercayaan mereka tentang hubungan Universal dari segala yang ada menyebabkan mereka lega atas adanya jalur berkabut itu.
Waktu yang terbaik untuk melihat Bimasakti adalah senja di musin gugur dan musin dingin. Pada saat itu Bimasakti dalam posisi paling tinggi di langit dan, oleh karena itu cahayanya sedikit sekali terpengaruh oleh atmosfer kita. Tampak seperti setengah lingkaran yang sangat luas di atas langit belahan bumi utara dan selatan. Sebenarnya, Bimasakti membentuk lingkaran karena bersambung di belahan bumi yang lain.
Category:
0
komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar